Indonesian Nostr People! IndoNostr.xyz

Kami Ingin Normal Kembali

Jika esok keadaan membaik dan tak ada lagi jarak antara manusia satu dan lainnya, kami akan berpelukan seerat-eratnya seolah tak akan bertemu kembali.

Puisi: Kami Ingin Normal Kembali karya Abengkris

Hei mentari, terbitlah setinggi-tingginya.
Katakan kepada mega-mega nun jauh disana.
Kami kelimpungan menghadapi kenyataan.
Dengkul ini gemetar menopang beratnya beban pikiran.

Tat kala bala bantuan datang berbondong-bondong.
Sanak sejawat bahu-membahu mencari sesuap harapan yang kian kosong.

Dan, benalu-benalu itu kelabakan inangnya sekarat.
Napasnya kembang-kempis seraya meminta tolong.
Merangkak keluar dari zona nyamannya masing-masing.
Untuk tetap hidup meski telah luluh-lantak.

Sedemikian rupa segalanya diusahakan.
Bisa jadi berasap kepala kami karena dipaksa berpikir terlalu keras.
Segalanya menyatu di satu titik diantara alis.
Kau tahu rasanya? Pening!

Berita menakutkan datang dari segala penjuru bumi.
Disampaikan bahwasanya kebebasan telah mati.
Sekarang kami adalah tahanan.
Saat ini kami dijejali kekhawatiran.

Hei mentari, pandemi ini sungguh menyayat lahir dan batin.
Sebagian besar terpaksa mematung di rumahnya sendiri.
Kehilangan pekerjaan adalah lumrah saat ini.
Ekonomi menukik tajam tak terkendali.

Demi apapun, kesehatan sangat penting sekali.
Tapi, bagaikan pisau bermata dua.
Untuk tetap hidup, kami tidak boleh kemana-mana.
Menjenguk sanak-saudara pun tidak bisa.
Bekerja pun tidak bisa.

Di rumah saja! Teriak para manusia-manusia ketakutan ketika ada yang bersikeras keluyuran.
Kami mencari makan. Jawab para manusia kelaparan.
Bawalah sembako ini pulang dan jangan pernah keluar lagi. Kata manusia ketakutan itu.

Lalu para manusia kelaparan itu pulang dengan gembira.
Tapi tahu kah kau?
Setelah mereka masak sembako yang cuma tiga macam itu mereka keluar lagi.
Berkeliling mencari manusia dermawan lainnya meminta belas kasihan.

Hei mentari, mau sampai kapan seperti ini.
Keluh-kesah kami sudah berkutu tercampur timbunan beras di belakang pintu.
Sudahi saja permainan ini.
Kami ingin normal kembali.

Jika esok keadaan membaik dan tak ada lagi jarak antara manusia satu dan lainnya,
kami akan berpelukan seerat-eratnya seolah tak akan bertemu kembali.
Dan jika itu terjadi, berarti kami menang melawan kepunahan.
Untuk berjuang, meraih mimpi sekali lagi.