Indonesian Nostr People! IndoNostr.xyz

Pandemi di antara seorang bajingan dan kekasih garapannya

Kamu percaya pandemi Covid-19 ini ulah dari segelintir orang demi sebuah tujuan untuk mengeruk keuntungan?

Kita dipaksa berjarak oleh kebijakan agar senantiasa baik-baik saja. Kita sudah terlanjur hancur untuk mempertahankan ego. Kita terlalu lemah untuk melawan suatu keadaan yang tidak kita inginkan. Kita dilumat habis oleh virus yang sedang viral bernama Covid-19.

Sepertinya baru kemarin sore kita masih melakukan hal-hal yang biasa kita lakukan. Tanpa takut pada hal apapun. Kini, kau dan aku, jasmani kita dipaksa menjauh dan tak boleh bertemu. Meski begitu, kita masih bisa saling sapa melalui media sosial dan pesan pribadi.

Pandemi di antara seorang bajingan dan kekasih garapannya

Sampai kapan pandemi ini akan terus berjalan, Sam? Tanya Mira padaku dalam panggilan video.

Entah lah, Mir. Aku bukan pakar atau ahli yang mengerti tentang pandemi semacam ini. Jawabku pasrah sambil menghisap rokok yang terselip di antara telunjuk dan jari tengahku. Aku sudah kadung pusing memikirkan masalah yang semakin rumit saja. Boro-boro Tunjangan HariRaya ku dapat, sudah mau lebaran begini saja aku malah menganggur. Aku menyeruput kopi di hadapanku.

Mira menatapku dari balik layar telepongenggam. Dia diam saja. Wanita itu paham betul seperti apa perasaanku saat ini.Bahkan hanya sekedar ucapan ‘yang sabar ya’ pun tak berani ia sampaikan. Tangannyamenyangga dagunya sendiri.

Aku rindu. Katanya.

Aku juga. Balasku.

Mira adalah kekasihku. Aku paksa ia menjadi pacarku beberapa bulan lalu. Sebelum Covid-19 tiba-tiba viral menjadi headline kabar berita dan bahan konten dimana-mana. Ceritanya dia adalah TKW asal Malaysia yang dipulangkan karena kasus tuduhan narkoba. Sengaja dijebak teman kerjanya katanya. Beruntung ia masih memiliki tabungan selama empat tahun bekerja di sana untuk tebusan dan menyewa pengacara. Tidak tanggung-tanggung, puluhan juta rupiah lenyap sebagai ganti kebebasannya.

Setelah sampai di Batam dan tidak punya tempat tinggal dan uang sama sekali, ia bertemu denganku. Lebih tepatnya ia sampai di Batam bersama mantanku. Mantan setelah aku memacari Mira. Jadi sebenarnya waktu itu masih pacarku, namanya Sonia. Diam-diam Mira ku bawa jalan dengan alasan mencari kerja. Oh iya, Sonia mengabariku pertama kali bahwa dia akan pulang ke Batam bersama temannya. Lalu aku jemput mereka di sebuah tempat yang sudah dijanjikan. Mereka berdua aku bayari kamar kos sebulan dengan harga sewa enam ratus ribu, atas dasar kasihan.

Waktu berjalan sekian minggu. Aku jatuh hati pada kemolekan bodi Mira yang aduhai. Pekerjaan belum juga dapat untuk Mira maupun Sonia. Sewa kos sudah hampir habis. Uang di dompetku sudah mulai menipis. Aku putar otak.

Ternyata Mira bisa diajak berkompromi. Aku katakan padanya jangan bilang Sonia kalau kita pernah jalan-jalan ke tempat wisata dan makan seafood di tepi laut. Bilang saja kita keliling seharian mencari kerja. Mira setuju.

Lalu di sebuah penginapan pada suatu malam aku iseng bertanya pada Mira yang tengah memijat punggungku. Kamu mau jadi pacarku?

Memangnya abang belum punya pacar? Ia bertanya balik padaku dan kurasakan pijatan di punggungku berjeda.

Belum. Kataku.

Sembari melanjutkan tangannya memeras punggungku agak lebih keras dari sebelumnya; Iya, aku mau. Ucapnya kemudian.

Oke.

Syukur Mira tidak tahu kalau aku memiliki hubungan dengan Sonia. Atau Mira memang sengaja pura-pura tidak tahu. Dan alasan ia mau menjadi pacarku hanya sebagai sumber pundi-pundi uang untuk kebutuhan duniawinya saja aku pun tidak tahu pasti. Aku tidak mau berprasangka buruk dahulu. Mungkin saja Mira terpesona dengan kemurahan hati dan kebaikan yang aku berikan selama ini. Mungkin juga pikirnya ternyata masih ada lelaki yang mau menerima dia apa adanya. Kami berdua sama-sama diam seribu bahasa. Lalu tanpa ancang-ancang aku telentang membalikkan tubuhku menghadap Mira yang tengah memijat punggungku. Kemudian kami bermesraan semalaman suntuk.


Kamu percaya pandemi Covid-19 ini ulah dari segelintir orang demi sebuah tujuan untuk mengeruk keuntungan?

Aku tidak menyangka Mira akan bertanya hal semacam itu padaku. Aku suka dengan teori konspirasi. Tapi tidak boleh menarik kesimpulan begitu saja menanggapi fenomena sebesar ini. Kalau hanya berpendapat sih hak semua umat, kan.

Mungkin iya, mungkin juga tidak. Memangnya habis makan apa kamu kok pertanyaannya serius begitu?

Aku mengikuti unggahan JRX drummer Superman Is Dead di sosial media dan menonton video dari FE 101 Channel di Youtube.

Oh, begitu. Boleh saja untuk menambah wawasanmu. Tapi jangan ditelan mentah-mentah informasinya. Kamu harus mencari kebenarannya sendiri melalui riset yang mendalam. Jika hasilnya sama dengan yang mereka katakan dan kamu percaya ya tidak apa-apa. Itu hak kamu untuk percaya dan berpendapat. Tapi jangan gembar-gembor ke publik mengenai teori yang kamu sendiri belum kuasai ilmunya dan tidak memiliki data yang konkret, ya.

Tapi kan teori atau asumsi hasil dari perkiraan. Boleh kan menerka-nerka saja?

Itu namanya berprasangka buruk. Tapi ya terserah.

Sayang...

Ya?

Melihat wajahmu yang sok serius itu membuat libidoku naik.

Bangsat kau.

Sebenarnya aku mengamini pernyataan dan pertanyaan Mira tentang teori konspirasi Covid-19 ini. Tapi ya itu tadi. Aku tidak memiliki bukti yang pasti untuk melempar tuduhan kepada segelintir orang yang memiliki kepentingan atau yang mereka sebut sebagai Elite Global itu. Yang ada di otakku hanya ingin pandemi ini lekas berakhir beserta kebijakan-kebijakan yang menyulitkan. Agar aku bisa segera bertemu Mira untuk melepas hal-hal yang sudah cukup menggumpal. Rindu maksudnya.

Mengingat kembali bagaimana kisahku bersama Mira yang pada akhirnya adalah sebuah konspirasi ciptaanku sendiri. Setelah bermesraan semalaman suntuk di penginapan waktu itu. Siangnya setelah terbangun dari tidur ternyenyak sepanjang beberapa malam sebelum bertemu Mira, aku membuat kesepakatan dengannya.

Sonia jangan sampai tahu hal ini. Kita harus tetap merahasiakan ini darinya.

Kenapa? Mira mengernyitkan dahinya.

Tidak enak saja.

Baik lah. Jawabnya sambil menyandarkan kepalanya di dadaku dan memeluk pinggangku.

Sewa kos sudah hampir habis. Nanti aku bilang sama Sonia kamu sudah dapat kerja. Dan tadi malam kamu sudah mulai training. Nanti aku tinggal uang sedikit untuk Sonia. Kamu kemas semua barangmu nanti aku cari kos baru agar kita bisa tinggal berdua saja. Ceritanya kamu kerja di sebuah kafe yang harus tinggal di mes. Tolong iya kan semua yang aku katakan di depan Sonia nanti.

Iya.

Bagus. Ayo kita mandi dan lekas check out.


Tapi kemudian pandemi Covid-19 semakin merajalela. Semua orang harus di rumah saja. Kafe tempatku bekerja terkena imbas dan sepi pengunjung. Penghasilan kafe menurun. Aku dirumahkan sementara sampai waktu yang tidak ditentukan. Mira aku pulangkan ke kampung halamannya di Pontianak.

Kamu enak banget dari tadi pas pus pas pus ngerokok, enggak puasa? Tegur Mira yang sedari tadi melihatku menikmati rokok dan kopi dengan sungguh-sungguh.

Lagi M, Malas.

Bajingan kamu, Samsul!

Kami berdua tertawa.

TAMAT